Subscribe:

Jumat, 28 November 2014

VIP kan Guru-guru Kita



Oleh : Mendikbud (Anis Baswedan)


Berapa jumlah guru yang masih hidup? Itu pertanyaan Kaisar Jepang sesudah bom atom dijatuhkan di tanah Jepang.

Kisah itu beredar luas. Bisa jadi itu mitos, tetapi narasi itu punya konteks yang valid: pemimpin ”Negeri Sakura” itu memikirkan pendidikan sebagai soal amat mendasar untuk bangkit, menang, dan kuat. 

Ia sadar, bukan alam yang membuat Jepang menjadi kuat, melainkan kualitas manusianya. Pendidikan jangan pernah dipandang sebagai urusan sektoral. Pendidikan adalah urusan mendasar bangsa yang lintas sektoral. Hari ini 53 persen penduduk bekerja kita hanya tamat SD atau lebih rendah, yang berpendidikan tinggi hanya 9 persen. 

Pendidikan bukan sekadar bersekolah, melainkan fakta itu gambaran menampar yang membuat kita termenung. Dari sisi kuantitas, penduduk Indonesia di urutan keempat dunia, tetapi dari segi kualitas di urutan ke-124 dari 187 negara. Bangsa ini telah secara "terencana" membuat sebagian besar penduduknya dicukupkan untuk berlevel pendidikan rendah. Tak aneh jika kini serba impor karena memang sebagian besar penduduk bekerja kita hanya bisa menghasilkan produk bernilai tambah yang rendah.

Selama bangsa dan para pemimpinnya bicara pendidikan secara sambil lalu, dan selama masalah pendidikan dianggap bukan masalah kepemimpinan nasional, jangan harap masa depan akan bisa kuat, mandiri, dan berwibawa. Kunci kekuatan bangsa itu pada manusianya. Jangan hanya fokus pada infrastruktur penopang kehidupan bangsa. Sesungguhya kualitas infrastruktur kehidupan sebuah bangsa semata-mata cermin kualitas manusianya !

Pendidikan adalah soal interaksi antarmanusia. Interaksi antara pendidik dan peserta didik, antara orangtua dan anak, antara guru dan murid, serta antara lingkungan dan para pembelajar. Guru adalah inti dari proses pendidikan. Guru menjadi kunci utama kualitas pendidikan.

Berhenti memandang soal guru sebagai "sekadar" soalnya kementerian atau sebatas urusan kepegawaian. Soal guru adalah soal masa depan bangsa. Di ruang kelasnya ada wajah masa depan Indonesia. Gurulah kelompok yang paling awal tahu potret masa depan dan gurulah yang bisa membentuk potret masa depan bangsa Indonesia. Cara sebuah bangsa memperlakukan gurunya adalah cermin cara bangsa memperlakukan masa depannya!

Ya, penyesuaian kurikulum itu penting, tetapi lebih penting dan mendesak adalah menyelesaikan masalah-masalah terkait dengan guru. Guru merupakan ujung tombak. Kurikulum boleh sangat bagus, tetapi bakal mubazir andai disampaikan oleh guru yang diimpit sederetan masalah. Tanpa penyelesaian masalah-masalah seputar guru, kurikulum nyaris tak ada artinya.

Guru juga manusia biasa, dengan plus-minus sebagai manusia, guru tetap kunci utama. Seorang murid menyukai pelajaran bukan sekadar karena buku atau kurikulumnya, melainkan karena gurunya. Guru yang menyebalkan membuat murid menjauhi pelajarannya, guru yang menyenangkan dan inspiratif membuat murid mencintai pelajarannya.

Kita pasti punya banyak guru yang dulu mengajar. Ada yang masih diingat dan ada yang terlupakan. Artinya, setiap guru punya pilihan, mau jadi pendidik yang dikenang karena inspirasinya atau menjadi pendidik yang terlupakan atau malah diingat karena perilakunya negatif. 

Guru harus sadar diri. Ia pegang peran besar, mendasar, dan jangka panjang sifatnya. Jika seseorang tak mau menjadi pendidik yang baik, lebih baik berhenti menjadi guru. Terlalu mahal konsekuensi negatifnya bagi masa depan anak dan masa depan bangsa. Ini statement keras, tetapi para pendidik dan pengelola pendidikan harus sadar soal ini. Kepada para guru yang mendidik dengan hati dan sepenuh hati, bangsa ini berutang budi amat besar.

Tiga persoalan besar

Paling tidak, ada tiga persoalan besar mengenai guru kita. Pertama, distribusi penempatan guru tidak merata. Di satu tempat kelebihan, di tempat lain serba kekurangan. Kekurangan guru juga terjadi di kota dan di desa yang dekat kota. Ini harus dibereskan. 

Kedua, kualitas guru yang juga tidak merata. Kita harus mencurahkan perhatian total untuk meningkatkan kualitas guru. Mudahkan dan berikan akses bagi guru untuk mengembangkan potensi diri dan kemampuan mengajar. Bukan sekadar mendapatkan gelar pascasarjana, melainkan soal guru makin matang dan terbuka luas cakrawalanya.

Ketiga, kesejahteraan guru tak memadai. Dengan sertifikasi guru telah terjadi perbaikan kesejahteraan, tetapi ada konsekuensi administratif yang sering justru merepotkan guru dan perlu dikaji ulang. Selain soal guru honorer, guru bantu yang masih sering diperlakuan secara tak honored (terhormat). Semua guru harus dijamin kesejahteraannya.

Melihat kondisi sebagian besar guru hari ini, kita seharusnya malu. Kita titipkan masa depan anak-anak kepada guru, tetapi kita tak hendak peduli nasib guru-guru itu. Nasib anak-anak kita serahkan kepada guru, tetapi nasib guru amat jarang menjadi perhatian kita, terutama kaum terdidik, yang sudah merasakan manfaat keterdidikan. Bangsa Indonesia harus berubah. Negara dan bangsa ini harus menjamin nasib guru.

Menghormati guru

Mari, bangun kesadaran kolosal untuk menghormati-tinggikan guru! Pemerintah harus berperan, tetapi tanggung jawab besar itu juga ada pada diri kita setiap warga negara, apalagi kaum terdidik. Karena itu, VIP-kan guru-guru dalam semua urusan!

Guru pantas mendapat kehormatan karena mereka selama ini menjalankan peran terhormat bagi bangsa. Saya ajukan dua ide sederhana menunjukkan rasa hormat kepada guru: jalur negara dan jalur gerakan masyarakat. Pertama, negara harus memberikan jaminan kesehatan bagi guru dan keluarganya, tanpa kecuali. Kedua, negara menyediakan jaminan pendidikan bagi anak- anak guru. 

Bangsa ini harus malu jika ada guru yang sudah mengajar 25 tahun, lalu anaknya tak ada ongkos untuk kuliah. Jaminan kesehatan dan pendidikan keluarganya adalah kebutuhan mendasar bagi guru. Kita harus mengambil sikap tegas: amankan nasib guru dan keluarganya sehingga guru bisa dengan tenang mengamankan nasib anak kita.

Di jalur masyarakat, Gerakan Hormat Guru harus dimulai secara kolosal. Misalnya, para pilot dan awak pesawat, gurulah yang menjadikanmu bisa ”terbang”, sambutlah mereka sebagai penumpang VIP di pesawatmu, undang mereka boarding lebih awal. 

Para dokter dan semua tenaga medis, gurulah yang mengajarimu sehingga bisa berseragam putih, sambutlah mereka sebagai VIP di tempatmu merawat. Pada pemerintah dan dunia usaha di berbagai sektor, semua prestasi yang dikerjakan adalah buah didikan guru di masa lalu, VIP-kan guru, jadikan merekacustomer utama, berikan mereka kemudahan, berikan mereka diskon. 

Bukan hanya besaran kemudahan atau diskon, melainkan ekspresi kepedulian itu yang menjadi bermakna bagi guru. Dan, semua sektor lainnya, ingatlah bahwa guru merupakan modal awal untuk meraih masa depan yang lebih baik, lebih sejahtera itu dibangun. 

Di setiap kata dalam pesan pendek (sms) yang ditulis, di sana ada tanda pahala guru. Bangsa ini akan tegak dan disegani saat guru-gurunya terhormat dan dihormati. Bagi anak-anak muda yang kini berbondong-bondong memilih pendidikan guru, ingat tujuan menjadi guru bukan cari tingginya rupiah. Anda pilih jalan mulia, menjadi pendidik. Jangan kemuliaan dikonversi sebatas urusan rupiah, itu cara pintas membuat kemuliaan alami devaluasi. Kesejahteraan Anda sebagai guru memang harus terjamin, tetapi biarkan sorot mata anak didik yang tercerahkan atau cium tangan tanda hormat itu menjadi reward utama yang tak ternilai bagi anda.

Indonesia akan berdiri makin tegak dan kuat dengan kualitas manusia yang mumpuni. Para guru harus sadar dan teguhkan diri sebagai pembentuk masa depan Indonesia. Jadilah guru yang inspiratif, guru yang dicintai semua anak didiknya. Bangsa ini menitipkan anak-anaknya kepada guru, sebaliknya kita sebangsa harus hormati dan lindungi guru dari impitan masalah. Ingat, jadi guru bukanlah pengorbanan, melainkan kehormatan. Guru dapat kehormatan mewakili kita semua untuk melunasi salah satu janji kemerdekaan republik ini: mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadikan kami sebangsa makin bangga dan hormat pada guru!

Tiga Kemungkinan Keputusan Kurtilas




Hasil kesimpulan tim evaluasi Kurikulum 2013 yang dibentuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan akan ada tiga kemungkinan keputusan atas Kurikulum 2013. 

"Dari evaluasi akan diputuskan, apakah akan dilanjutkan dengan yang sekarang, dikoreksi atau ditunda. Itu pilihannya," kata Anies yang SekolahDasar.Net kutip dari Republika (27/11/2014).

Anies mengatakan evaluasi akan menghasilkan kesimpulan tingkat masalah Kurikulum 2013. Inilah yang akan menentukan nasib Kurikulum 2013 apakah ditunda implementasinya atau tidak.

"Kalau memang masalahnya bisa diperbaiki, kita perbaiki. Kalau masalah itu parah, repot untuk memperbaikinya, ya, ditunda," kata Anies 

Merespon berbagai keluhan guru dan siswa soal Kurikulum 2013, Anies membentuk tim evaluasi yang terdiri dari perwakilan sejumlah pihak. Selain dari pakar ilmu kurikulum, tim ini juga diisi oleh perwakilan guru, guru SD, SMP, dan SMA.

Kemendikbud menargetkan keputusan final nasib Kurikulum 2013 ini akan diumumkan Desember mendatang sebelum semester 2 tahun ajaran 2014/2015 dimulai. 

Senin, 24 November 2014

Wacana kembali ke Kurikulium 2006 (KTSP)



Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) diminta tegas menghentikan sementara (moratorium) implementasi Kurikulum 2013. Hal ini disampaikan Retno Listyarti, salah seorang guru yang diminta review implementasi kurikulum baru saat rapat perdana revisi Kurikulum 2013 bersama Mendikbud Anies Baswedan. 

Selama masa moratorium implementasi Kurikulum 2013, pembelajaran dikembalikan ke Kurikulum 2006 atau lebih dikenal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum yang diluncurkan pemerintahan tahun lalu itu dinilai kurikulum yang setengah matang dan dipaksakan untuk dijalankan di seluruh Indonesia.

Retno Listyarti mengatakan saat rapat dengan mantan pejabat dan pejabat aktif Kemendikbud yang terlibat membidani kelahiran Kurikulum 2013, dia membeber semua dokumen kelemahan implementasi Kurikulum 2013. "Saya beberkan hasil analisa kami beberapa bulan terakhir," kata Retno yang SekolahDasar.Net kutip dari JPNN (19/11/2014).

Kekurangan Kurikulum 2013, menurut Anies merupakan buah dari keputusan pemerintah yang tergesa-gesa. Indikator bahwa Kurikulum 2013 belum matang dan dipaksakan terlihat dari distribusi buku dan konten bahan ajar. "Saya ini menerima warisan masalah kebijakan implementasi kurikulum," kata Anies.

Implementasi Kurikulum 2013 tahun ini seharusnya difokuskan kepada 6.400 unit sekolah percontohan dulu, kemudian feedback dari sekolah itu dianalisa Kemendikbud. Tetapi yang terjadi adalah, Kurikulum 2013 tahun ini dipaksanakan diterapkan di 200 ribu lebih sekolah di Indonesia.

Anies berharap, meskipun nyata-nyata Kurikulum 2013 setengah matang, para guru diminta untuk tidak terlalu khawatir atau cemas. Kemendikbud menargetkan keputusan final nasib Kurikulum 2013 ini Desember mendatang. Bertepatan dengan berakhirnya semester I tahun ajaran 2014/2015.

Jumat, 21 November 2014

Aplikasi Penilaian Rapor MI Kurikukum 2013



Berikut Aplikasi penilaian rapor Madrasah Ibtidaiyah Kurikulum tahun 2013

download disini

untuk MTs dan MA selengkapnya lihat disini

Minggu, 02 November 2014

Serah Terima Jabatan Kepala Madrasah Periode 2014 - 2019


Bapak Saefudin Zuhri menjabat Kepala Madrasah sejak 2009 - 2014. Beliau menjabat selama 2 periode, yang pertama dari tanggal 20 Oktober 2009 s.d Oktober 2012 kemudian Pengurus menetapkan kembali sebagai Kepala Madrasah sejak Oktober 2012 - 20 Oktober 2014. Beliau menggantikan Ibu Naimah Basroh, S.Pd.I yang sekarang menjabat sebagai Bendahara Madrasah. 
Pada tanggal 23 Oktober 2014 Pengurus Yayasan dan Komite Madrasah berkumpul di ndalem Bapak Kyai Mukhamad Mubasyir (Ketua Yayasan Al Falah) untuk memilih Kepala Madrasah dan membahas kemajuan Yayasan Al Falah. Pada rapat itu pengurus menetapkan Bapak Makhayun, S.Pd.SD sebagai Kepala Madrasah periode 2014 - 2019 kemudian dikukuhkan dalam acara Serah Terima Jabatan Kepala Madrasah pada tanggal 1 November 2014.
Semoga dalam kepemimpinan Bapak Makhayun, S.Pd.SD Madrasah semakin maju sesuai dengan visi dan misi Madrasah. Amin.



Selain acara Sertijab Kepala Madrasah, ada acara penandatanganan berita acara Jariyah Tanah. Pada acara pemilihan Kepala Madrasah (23 Oktober 2013) Alhamdulilah Yayasan Al Falah telah menerima jariyah tanah dari Bapak H. Syuhud Firdaus seluas 2.537 M2. Beliau pernah mengajar di MI Al Falah Bulaksari selama + 30 tahun, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Jazakumullahu khouron katsiro. Semoga Alloh Subhanallahu wata`ala membalasnya dengan pahala yang terus-menerus tiada henti.Amin...


Setelah acara Sertijab Kepala Madrasah dan penandatanganan berita acara jariyah tanah selesai, kemudian dilanjutkan dengan rapat wali penerima BSM 2014 tahap I dan rapat wali kelas VI (membahas tentang Ujian dan kegiatan akhir tahun pelajaran)

Link Banner

EMIS ONLINE
KIP-BSM
SIMPATIKA
SDM-PDSP
SATU LAYANAN